Sejarah Khalifah Bani Abbasiyah

AI-Musta'shim BiIlah, Abu Ahmad, namanya Abdullah bin al­-Mustanshir Billah, khalifah terakhir dari negeri Irak. Dia dilahikan pad a tahun 609 H. Ibunya adalah seorang wanita mantan budak yang bernama Fajar. Dia dilantik sebagai khalifah setelah kematian ayahnya. Dia meriwayatkan hadits dari Ali bin an-Najjar al-­Muayyad ath-Thusi dan Abu Rawh aI-tfarawi dengan cara ijazah. Beberapa yang orang meriwayatkan hadits darinya antara lain: An-Najm al-Badzirai, asy-Syaraf ad-Dimyati. Ad-Dimyati sendiri menuliskan empat pula hadits darinya yang dia tulis dengan tangannya sendiri. Dia adalah sosok yang pemurah, penyabar, batinnya sehat dan agamanya baik. Syaikh Quthb ad-Din berkata: Al-Musta'shim adalah seorang yang agamis, berpegang teguh dengan sunnah sebagaimana ayah dan kakeknya. Namun dia tidak sama dengan keduanya dalam hal kejelian dan kewaspadaan, kemauan dan cita-citanya.

Sebagaimana disebutkan di muka, al-Mustanshir memiliki seorang saudara yang dikenal dengan al-Khafaji yang memiliki keberanian dan nilai-nilai kesatria yangjauh lebih tinggi daripadanya. Dia pernah ber­kata; "Jika kau memberi kepercayaan kepadaku untuk memimpin ten­tara Islam maka akan saya sebrangi sungai Jaihun bersama-sarna dengan tentara yang saya pimpin,akan saya ambil negeri-negeri itu dari tangan­tangan orang Tartar itu dan akan saya cabut mereka sampai ke akar­akarnya."



Tatkala al-Mustanshir meninggal Duwaidar, asy-Syarabi dan para pembesar negara tidak memberi kesempatan kepada al-Khafaji untuk memegang kendali khalifah karena keduanya khawatir akan kehilangan pengaruh. Maka mereka berdua menjadikan anak al-Mustanshir yang bemama Abu Ahmad sebagai khalifah karena mereka melihat anaknya itu lemah dan miskin ide. Dia banyak menggantungkan semua permasa­lahan negara kepada menterinya yang bemama Muayyiddin ai-' Alqami ar-Rafidhi. Menteri inilah yang merusak tatanan khilafah dan keluarga. Dia mempermainkan khalifah semau dia. Dia banyak membeberkan rahasia kepada orang-orang Tartar, selalumemberi saran dan mendorong mereka untuk segera datang ke lrak serta menaklukkan Baghdad dan menghancurkan dinasti Abbasiyah dengan tujuan untuk mendirikan negara bagi anak keturunan Ali. Jika ada kabar dari orang-orang Tartar, dia akan selalu merahasiakannya dan tidak pernah memberitahukan­nya kepada khalifah. Dia selalu membeberkan rahasia-rahasia negara kepada orang-orang Tartar sehingga akhirnya terjadilah apa yang ter­jadi terhadap khalifah Bani Abbas.

Pada tahun 647 H, di masa kekuasaannya, orang-orang Eropa kembali berhasil mengambil alih Dimyath. Saat itu Sultan ai-Malik ash­-Shalih sedang sakit dan meninggal pada malam pertengahan bulan Sya'ban. lsterinya yang bernama Ummu Khalil yang lebih terkenal dengan Syqjarat Dur merahasiakan kematian suaminya. Dia kemudian mengirim surat, meminta anaknya yang bernama Tawran Syah al-Malik al-Mu'azhzham untuk hadir. Anaknya itu datang dan segera menemui ibunya lalu menggantikan posisi ayahnya. Namun tak lama kemudian, yaitu pada bulan Muharram tahun 648 H dia terbunuh. Pembunuhnya tak lain adalah pelayan-pelayan ayahnya. Orang-orang Turki segera mendaulat Syajarat Dur untuk memimpin mereka dan meminta 'lzzuddin Abiek at-Turkmani untuk bersedia mendampinginya. Mendapat kesempatan ini Syqjarat Dur segera memberi hadiah kepada para pejabat dan pemuka negara.

Pada bulan Rabiul Akhir 'lzzuddin memisahkan diri dan mem­bentuk kesultanan sendiri. Dia diberi gelar al-Malik al-Mu'iz. Dia kemu­dian memisahkan diri dari Syajarat Dur namun para tentara ternyata berpihak kepada al-Asyraf bin Shalahuddin Yusuf bin al-Mas'ud bin al-­Kamil yang saat itu baru berusia delapan tahun. Namun demikian 'Izzuddin tetap bertahan sebagai sultan. Dan keduanya sama-sama disebutkan dalam khutbah-khutbah. Kedua namanyajuga diukir dalam mata uang.

Pada tahun 658 H, ini pula Dimyath berhasil diambil kembali dari tangan orang Eropa. Sedangkan di tahun 652 H, terlihat api yang sangat besar di 'Adn yang sinarnya kelihatan hingga ke tengah laut dan di siang harinya terlihat gumpalan asap yang sangat besar. Pada tahun 654 H, di Madinah Munawwarah muncul api yang sangat besar. Abu Syamah berkata: Ada kiriman surat yang dikirim dari Madinah kepada kami. Dalam surat ini tertulis: Pada malam Rabu tanggal 3 Jumadil Akhir di Madinah terdengar gema suara yang sangat kuat, kemudian terjadi gempa besar. Gempa itu terjadi setiap jam hingga tanggal 5 Jumadil Akhir. Pada tanggal 5 ini muncul api yang sangat besar di Harrah, satu tempat di dekat Quraizhah yang bisa kami lihat di rumah-rumah kami di Madinah seakan-akan api itu berada di dalam kota. Lembah Wadi Syatha mengalirkan airya dan kami melihat seakan-­akan gunung telah mengalirkan api. Api itu bergerak kencang meman­jang laksana sebuah gunung dan dia mengeluarkan bunga api setinggi istana, hingga sinarnya dapat terlihat dari Makkah dan daerah-daerah yang tandus. Orang-orang kala itu berkumpul di kuburan Rasulullah sambil beristighfar dan bertaubat. Kejadian ini berlangsung lebih dari sebulan.

Adz-Dzahabi berkata: Tentang kejadian munculnya api ini meru­pakan kabar yang mutawatir. Ini merupakan salah satu kabar yang pernah diucapkan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya bersabda :

"Hari kiamat tidak akan terjadi hingga api muncul dari tanah Hijaz yang sinarnya menerangi leher-leher unta di Bashra."1

Pada tahun 655 H, sultan Mesir al-Mu'izz Abik meninggal dunia karena dibunuh oleh isterinya Syajarat Dur. Setelah meninggalnya al­-muiz, para pemuka di tempat itu mendudukkan anaknya yang bernama ai-Malik al-Manshur sebagai penggantinya. Pada saat itu orang-orang Tartar telah merajalela di dalam negeri, kejahatan mereka semakin ber­tambah hari demi hari api kezhaliman mereka pun semakin me­manas. Sedangkan khalifah dan orang-orang yang bersamanya sama sekali tidak menyadari apa yang mereka inginkan. Sementara men­terinya yang bernama al-' Alqami terus menerus mencari peluang un­tuk menjungkalkan dinasti Abbasiyah dan berusaha sekuat mungkin agar tampuk khilafah berpindah ke tangan orang-orang Alawiyin. Utusan rahasia berlangsung antara dirinya dan orang-orang Tartar. Sedangkan al-Musta'shim tenggelam dalam kelezatan hidupnya tanpa mampu membaca kondisi yang sedang berkembang. Sehingga dia pun tidak berusaha memperbaiki kehidupan negeri yang mulai carut marut. Ayahnya, al-Mustanshir telah memperkuat khilafah dengan mempebanyak jumlah tentara, namun dia masih melakukan perjanjian damai dan kesepakatan-kesepakatan dengan orang-orang Tartar seka­dar menarik simpati mereka. Tatkala al-Musta'shim menjadi khalifah, menggantikan ayahnya dia sama sekali tidak memiliki ide dan sama sekali tidak memiliki kecakapan administrasi. Menterinya yang jahat tadi selalu memberi nasehat kepadanya agar jumlah tentara yang ada segera diperkecil. Dia juga menasehatinya agar selalu bersikap baik kepada orang Tartar, sebab dengan begitu semua yang dia inginkan akan tercapai dengan mudah. Khalifah pun menuruti apa yang dinase­hatkan menterinya terse but.

Setelah itu sang menteri menulis surat kepada orang-orang Tartar dan dia mendorong mereka untuk segera melakukan penyer­buan ke pusat kekuasaan Islam itu. Dia memudahkan semua jalan penyerbuan dan meminta untuk menjadi "wakil" mereka di sana. Akhirnya orang-orang Tartar itu menjanjikan kepadanya untuk segera datang menyerbu Baghdad.

AL KHAWARIZMI


Image result for al khwarizmi


Profil dan Biografi Al Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai Penemu Aljabar dan Angka Nol. Nama Asli dari Al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Ia dikenal sebagai penemu dari Aljabar dan juga angka nol. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.

Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.

Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa

Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang.

Banyak lagi konsep dalam matematika yang telah diperkenalkan al-khawarizmi . Bidang astronomi juga membuat al-Khawarizmi terkenal. Astronomi dapat diartikan sebagai ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang.

Pribadi al-Khawarizmi

Kepribadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa“pencapaian-pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam hal ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata…." al-Khawarizmi mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia sains".

Beberapa cabang ilmu dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi seperti: geometri, aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat[The Elements] hasil karya Euklid : geometri dari segi bahasa berasal daripada perkataan yunani iaitu ‘geo’ yang berarti bumi dan ‘metri’ berarti pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini dipelajari sejak zaman firaun [2000SM]. Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam telah menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke9M.

Algebra/aljabar merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi telah diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropa pada abad ke-12. sebelum munculnya karya yang berjudul ‘Hisab al-Jibra wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M. Sebelum ini tak ada istilah aljabar.

AL BUKHARI
Image result for al bukhari
Biografi Imam Bukhari. Tokoh Muslim satu ini terkenal dengan riwayat-riwayatnya mengenai hadist Rasulullah Muhammad SAW. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan. Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.

Kehidupan Imam Bukhari
Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.

Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim. Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau pernah berkata, “Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak shahih”. Pada kesempatan yang lain belau berkata, “Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya”.

Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, “Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari, pent.)?” Beliau menjawab, ”Semua hadits yang saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya”. Anugerah Allah kepada Al Imam Al Bukhari berupa reputasi di bidang hadits telah mencapai puncaknya. Tidak mengherankan jika para ulama dan para imam yang hidup sezaman dengannya memberikan pujian (rekomendasi) terhadap beliau. Berikut ini adalah sederet pujian (rekomendasi) termaksud:

Muhammad bin Abi Hatim berkata, “Saya mendengar Ibrahim bin Khalid Al Marwazi berkata, “Saya melihat Abu Ammar Al Husein bin Harits memuji Abu Abdillah Al Bukhari, lalu beliau berkata, “Saya tidak pernah melihat orang seperti dia. Seolah-olah dia diciptakan oleh Allah hanya untuk hadits”. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata, “Saya tidak pernah meliahat di kolong langit seseorang yang lebih mengetahui dan lebih kuat hafalannya tentang hadits Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dari pada Muhammad bin Ismail (Al Bukhari).”Muhammad bin Abi Hatim berkata, “ Saya mendengar Abu Abdillah (Al Imam Al Bukhari) berkata, “Para sahabat ‘Amr bin ‘Ali Al Fallaas pernah meminta penjelasan kepada

saya tentang status (kedudukan) sebuah hadits. Saya katakan kepada mereka, “Saya tidak mengetahui status (kedudukan) hadits tersebut”. Mereka jadi gembira dengan sebab mendengar ucapanku, dan mereka segera bergerak menuju ‘Amr. Lalu mereka menceriterakan peristiwa itu kepada ‘Amr. ‘Amr berkata kepada mereka, “Hadits yang status (kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah hadits”.

Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Al Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran.
Hubungannya dengan kitab tersebut, ada seorang ulama besar ahli fikih, yaitu Abu Zaid Al Marwazi menuturkan, “Suatu ketika saya tertidur pada sebuah tempat (dekat Ka’bah –ed) di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim.

Di dalam tidur saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau berkata kepada saya, “Hai Abu Zaid, sampai kapan engaku mempelajari kitab Asy-Syafi’i, sementara engkau tidak mempelajari kitabku? Saya berkata, “Wahai Baginda Rasulullah, kitab apa yang Baginda maksud?” Rasulullah menjawab, “ Kitab Jami’ karya Muhammad bin Ismail”. Karya Al Imam Al Bukhari yang lain yang terkenal adalah kita At-Tarikh yang berisi tentang hal-ihwal para sahabat dan tabi’in serta ucapan-ucapan (pendapat-pendapat) mereka. Di bidang akhlak belau menyusun kitab Al Adab Al Mufrad. Dan di bidang akidah beliau menyusun kitab Khalqu Af’aal Al Ibaad.

Ketakwaan dan keshalihan Al Imam Al Bukhari merupakan sisi lain yang tak pantas dilupakan. Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama tentang ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan. Abu Bakar bin Munir berkata, “Saya mendengar Abu Abdillah Al Bukhari berkata, “Saya berharap bahwa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah (menggunjing orang lain).” Abdullah bin Sa’id bin Ja’far berkata, “Saya mendengar para ulama di Bashrah mengatakan, “Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti Muhammad bin Ismail dalam hal ma’rifah (keilmuan) dan keshalihan”. Sulaim berkata, “Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang ajaran Islam, leblih wara’ (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia daripada Muhammad bin Ismail.”

Al Firabri berkata, “Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam di dalam tidur saya”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada saya, “Engkau hendak menuju ke mana?” Saya menjawab, “Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail Al Bukhari”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Sampaikan salamku kepadanya!”.

Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi PJOK: Bola Besar (Bola Voli, Bola Basket, Sepak Bola)

Materi PJOK / Olahraga : Bola Kecil (Tenis Meja, Bulutangkis)

Makalah tentang Reaksi Obat CDR Terhadap Lampu Lava